Mengapa Perkebunan Indonesia Penting?
Perkebunan-perkebunan di Indonesia menjadi penting karena dapat menggantikan pekerjaan di Indonesia. Mereka juga berkontribusi pada ekonomi negara dan pasar global.
Perkebunan merupakan sumber pekerjaan dan pendapatan bagi jutaan orang Indonesia dan memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perkebunan menyediakan pekerjaan pada operasi industri skala besar yang dijalankan oleh perusahaan multinasional, serta di pertanian petani kecil. Mereka menyumbang lebih dari setengah total ekspor Indonesia, dengan minyak sawit, karet, teh dan kopi sebagai kontributor terbesar.
Apa yang Membuat Perkebunan Indonesia Unik?
Perkebunan Indonesia unik karena hanya mereka yang menanam biji kopi.
Perkebunan Indonesia adalah satu-satunya yang menanam biji kopi. Perkebunan lain mungkin fokus pada jenis tanaman lain, tetapi spesialisasi Indonesia adalah biji kopi.
Terlepas dari apa yang membuat perkebunan Indonesia unik, penting untuk mengenali kekuatan mereka dan membantu melestarikannya untuk generasi mendatang.
Status Industri Perkebunan Indonesia Saat Ini – Statistik 2014-2015
Indonesia adalah salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia, kedua setelah Malaysia. Ekspor minyak sawit Indonesia menyumbang sekitar 8% dari produksi global.
Dalam artikel ini disajikan statistik dari tahun 2014-2015 untuk menunjukkan bagaimana industri perkebunan Indonesia telah berubah dari waktu ke waktu. Data menunjukkan bahwa selama kurun waktu tersebut telah terjadi perubahan yang signifikan dalam dua hal: 1) luas lahan yang digunakan untuk perkebunan dan 2) tingkat hasil per hektar, khususnya di daerah dataran tinggi/pegunungan.
Trennya tampaknya ada peningkatan baik total luas lahan maupun tingkat hasil selama periode dua tahun ini.
1. Luas Perkebunan Indonesia: 5,6 juta hektar (13,7 juta hektar)
Luas perkebunan Indonesia adalah 13,7 juta hektar. Luas perkebunan di Indonesia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pembangunan perkebunan Indonesia ini dipandang sebagai keberhasilan bagi pemerintah dan masyarakatnya, namun juga menimbulkan banyak perselisihan antara penduduk setempat dengan perusahaan yang telah mendirikan perkebunan di wilayah mereka.
Beberapa orang Indonesia berpikir bahwa perluasan areal untuk perkebunan baik karena membawa uang ke negara dan meningkatkan perekonomian. Ada pula yang mengatakan bahwa perkebunan ini merusak lingkungan dan habitat hewan seperti orangutan, yang membuat mereka marah dan sedih atas perusakan sumber daya alam mereka.
2. Perkiraan Nilai Penanaman Modal Asing di Perkebunan Indonesia, 10 Tahun Terakhir: US$32 miliar+
Perkebunan Indonesia merupakan pemasok utama permintaan global akan minyak sawit. Mereka harus bersaing dengan negara lain untuk investasi asing.
Nilai investasi asing di perkebunan Indonesia terus meningkat selama dekade terakhir, mencapai US$32 miliar+ dari hanya US$2,5 miliar pada tahun 2003.
Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya permintaan pasar akan minyak sawit dan lingkungan alam Indonesia yang kondusif, dan diperkirakan akan terus meningkat selama permintaan tersebut dipenuhi oleh perkebunan Indonesia.
3. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Perkebunan Indonesia: 2 juta orang
Sektor perkebunan mempekerjakan sekitar 2 juta pekerja, banyak di antaranya adalah pekerja migran dari daerah lain di Indonesia.
Dalam hal jumlah orang yang bekerja di sektor perkebunan, Indonesia telah muncul sebagai pemimpin global. Ada sekitar 1,5 juta hektar (6.070 kilometer persegi) yang dikhususkan untuk perkebunan pohon karet dan tambahan 350.000 hektar (142 kilometer persegi) untuk produksi minyak sawit.
4. Upah Rata-Rata untuk Pekerja di Sawmill Indonesia: US$2-3/hari
Upah rata-rata Pekerja Sawmill Indonesia adalah US$2-3/hari. Hal ini disebabkan kurangnya regulasi di industri penggergajian kayu.
Kurangnya regulasi telah menyebabkan meningkatnya korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia dalam industri penggergajian kayu. Hal ini juga menyebabkan peningkatan perdagangan manusia yang mempengaruhi orang dewasa dan anak-anak.
Bagian ini tentang 4. Upah Rata-Rata untuk Pekerja Sawmill Indonesia: US$2-3/hari
memperkenalkan topik dengan menjelaskan bagaimana masalah ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari Pekerja Sawmill Indonesia, serta apa yang dapat dilakukan untuk menghentikannya terjadi di sawmill Indonesia atau industri negara lain.
5. Rata-rata Upah Harian untuk Pekerja di Gantry Karet Alam: US$1-US$1,50/hari
Rata-rata pekerja gantry karet berpenghasilan sekitar US$1-US$1,50 per hari.
Dalam upaya untuk memotong biaya, banyak perkebunan karet gantry di Asia Tenggara telah memindahkan operasinya ke negara-negara yang lebih hemat biaya seperti India dan Myanmar. Hal ini secara drastis mengurangi permintaan tenaga kerja, yang telah mengurangi upah harian rata-rata pekerja di perkebunan gantry karet alam di Asia Tenggara.